Panggilan telpon dari telemarketing

“Selamat siang, apa benar ini dengan bapak rizky?”
“Iya benar”
“Apa kabar pak rizky? semoga baik ya pak. Bisa minta waktunya sebentar?”
“Iya kabar baik, silahkan”
“Apa benar bapak pengguna kartu kredit bank berlian?”
“Iya benar”
“Saya Andi dari bank berlian ingin mengucapkan terima kasih atas aktifnya penggunaan kartu kredit bapak selama ini”
“Ohh iya.. ada apa ya pak?”
“Bapak Rizky sebagai nasabah terpilih terdaftar sebagai nasabah asuransi nagci”
“Ohh bapak sebenernya dari Bank atau asuransi?”
“Saya dari asuransi nagci pak”
“Bukan bank?”
“Dari bank juga pak”
“Yang bener yang mana?”
“Asuransi pak Rizky”
“Ohh gitu, maaf pak saya bersamaan ada miting telpon kembali nanti ya” dan langsung gue tutup.

Gue arogan?

Ada alasannya: Baca lebih lanjut

Pengalaman Dagang di monas (bagian 1)

Monumen Nasional bukan hanya tempat pariwisata, buka lapak jualan pun mudah

Sabtu malam adalah waktu yang sangat melelahkan. Bukan karena gue habis pacaran atau pedekate namun baru saja pulang dari Bandung untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan.

Sesampai di rumah dengan kaki pegal, pantat tegang dan paha yang mengencang (akibat terjebak kemacetan di Bandung) datang sebuah pesan Grup. Pesan awal adalah berkumpul satu grup untuk menemui salah satu pacar temen gue yang baru tiba dari Jogja ke Jakarta dan kemudian pesan berikutnya adalah OOT (Out Of Topic) yang membuat tulisan ini terjadi.

Sayang jawaban dari pesan awal tidak mendapat respon dari temen gue, padahal sangat menyenangkan sekali menemui pacarnya yang baru saja tiba di Jakarta. Dan isi pesan yang kedua adalah mengajak untuk jualan/dagang di Monas, WOW!!

Dengan cepat gue langsung menyetujui untuk ikut jualan ke monas tapi kemudian gue baru ingat ada janji dengan salah satu teman untuk menghadiri Pameran Pendidikan.

Sebagai seorang teman yang ingin menemui semua temannya tentu saja gue ga mau ngebatalin satu pun janji yang ada serta berusaha membuat semua kegiatan dapat terealisasi. Dan hebatnya semua kegiatan yang gue inginkan dapat terealisasi di hari tsb.

Maka, bersiaplah gue untuk berjualan di monas.

Berjualan bukanlah hal yang asing. Gue sering sekali berjualan berbagai macam barang yang kebanyakan adalah barang koleksi atau hobby. Namun berjualan yang gue lakukan hanya melalui media internet/online.

Sedangkan berjualan dengan membuka lapak dan menjajakan barang dagangan di Monas belum pernah gue lakukan sama sekali. Tidak heran gue amat sangat tertarik saat di ajak berjualan.

Hal pertama yang gue tanyakan saat akan berjualan di Monas adalah:

  • Mulai buka lapak jam berapa?
  • Posisi atau tempatnya dimana?
  • Barang apa yang akan dijual?
  • Buka lapak tanpa izin dikenakan biaya?
  • Adakah preman atau oknum yang akan meminta uang dari lapak kita?
  • Dan kenapa kita buka lapak di Monas?

Untuk menjawab hal ini akan gue susun di bawah ini: Baca lebih lanjut

Temen ga ngajak? Positif thinking aja bro!

“Bro Sahabat gue kok ga ngundang kalo dia nikah ya?”
“Bro, gue ultah dan ga ada yang ngucapin. Ihh jahat banget!!”
“Bro, temen gue pada ngumpul kok gue ga diajak??”
“Bro, messanging gue ga dibales-bales. Gue salah apa ya?”

Yaelah.. cemen amat lo bro!

Positif Thinking aja lah.

“Tapi bro..”

Hup.. udah deh jangan jadi cowo memble nan cengeng. Berfikir positif dan baik-baik aja tentang dia, dan doakan terbaik untuk yang lupa hal tsb ke lo.

“Caranya??” Baca lebih lanjut

Digital Stalking

Jaman dulu untuk mengetahui orang yang lo sukai, lo harus punya tekat yang kuat dan berani ngikutin kemana pun orang itu pergi. Namanya juga penasaran jadi ga salah donk, yaa.. kira-kira bisa jadi seorang penguntit!!

Penguntit pun gue rasa belom cukup. Lo harus mengenal dekat semua orang yang doi kenal. Teman, sahabat, guru, mantan pacar (mungkin), pembantunya atau bahkan binatang peliharaannya.

Memang susah dan hasilnya juga akan lama. Setidaknya lo puas dengan jerih payah walaupun hasilnya bisa sia-sia.

Jiwa, waktu, kantong, raga dan (bisa juga) hati telah dikorbankan agar bisa mengenal doi lebih dekat walaupun sebenarnya doi belum tau apapun tentang lo.

Intinya menjadi seorang stalker di era cemilan mie anak mas sangat sulit.

“Sekarang?”

Ga perlu lagi ngikutin doi pergi,
Ga perlu lagi kenal dengan banyak teman dekatnya (bahkan hewan peliharaannya)
Dan ga perlu lagi makan cemilan anak mas (lho kok!!) Baca lebih lanjut

Say Hi, Good Mood and Keep Smiling

Gue punya kebiasaan unik ketika menyapa seseorang yaitu dengan berkata “Hallo” atau “Hai” lalu diikuti senyum lebar dengan mengangkat kedua alis mata.

Bisa dibayangkan apa respon dari mereka yang telah gue sapa?

Mereka akan tersenyum dan juga menyapa balik dengan kata yang sama “Hai” atau “Hallo”.

Unik?
Yep…

Alasannya?
Gue happy banget ngelakuin itu, apalagi dibalas kembali dengan say hi dan juga senyuman.

Kebiasaan menyapa dengan diikuti senyum ini gue pelajari dari bokap. Mungkin lebih tepatnya menular dari bokap.

Bokap dalam kehidupan sosialnya selalu melakukan hal tsb. Apalagi gue selalu bersama dengan bokap dalam kegiatan sehari-hari maka dengan tidak sengaja kebiasaan tsb telah terduplikasi ke gue.

Dan karena kebiasaan, hampir satu kantor menggunakan hal yang sama dalam menyapa “Hai Ky!” “Hallo mas” (panggilan akrab beberapa temen kantor ke gue).

Dari kebiasaan tsb gue baru paham ternyata apa yang telah gue lakukan merupakan memancarkan energi maupun emosi Positif bagi penerimanya. Dalam hal ini orang yang merespon atau menyapa kembali sapaan gue.

Lalu bagaimana jika yang disapa ga merespon ataupun ga ngebales?

Pasti ada alasannya, kemungkinan orang tsb tidak melihat atau mendengar sapaan kita. Kalaupun ada kemungkinan lain kita ambil sisi positifnya saja, yang penting kita udah berusaha menyapa orang tsb.

Siapa tau orang yang kita sapa sedang sakit gigi, sakit perut, diare atau cacingan jadi tidak merespon kita 🙂

Pernah dalam sesekali waktu gue dapet teguran dari orang yang telah gue sapa
“Bapak sedang bahagia ya hari ini? senyumnya indah sekali” Sapa nya dengan penuh senyuman
“Alhamdulillah, mbak gimana kabarnya? cantik deh hari ini” Sapa gue balik sambil memuji kecantikannya

Percakapannya kurang lebih seperti diatas saat gue sedang berada di sebuah bank untuk melakukan transaksi dengan mbak-mbak teller yang masih muda dan caem.

Dari dialog diatas mungkin akan ada yang bertanya apakah gue memang sedang “bahagia” saat itu? Baca lebih lanjut

Yuukk main Gokart

Sudah pernah main Gokart?

Kalau belum, cobain deh seru banget lho!!
Mainnya ga sulit kok. Hanya perlu menginjak gas dan kemudi setirnya lalu jika ingin berhenti injak rem nya. Simpel kan??

Sebelum lebih lanjut membahas tentang Gokart, akan gue jelasin dulu apa gokart itu sebenarnya.

Menurut wikipedia berbahasa Indonesia, Gokart dikenal dengan Gokar:
“Gokar adalah varian dari kendaraan roda empat atap terbuka sederhana dan kecil untuk olahraga motor. Gokar biasanya berpacu di sirkuit skala kecil. Balapan gokar biasanya dianggap sebagai batu loncatan untuk olahraga motor yang lebih tinggi dan lebih mahal.

Kecepatan gokar sangat bervariasi dan beberapa (disebut Superkart) dapat mencapai kecepatan melebihi 260 km/jam, sementara gokar yang dimaksudkan untuk masyarakat umum di taman hiburan mungkin terbatas pada kecepatan yang tidak lebih dari 24 km/jam”.

Nah Gokart merupakan salah satu bagian dari olahraga yang masuk dalam kategori balapan (adu kecepatan). Gokart yang dapat kita temui diberbagai tempat hiburan atau olahraga pada umumnya memiliki kecepatan yang terbatas dan tidak lebih dari 24 km/jam. Lambat? ga juga. Bisa dikatakan cepat lho!

Gokart merupakan olahraga untuk semua umur dengan ketentuan yang akan mengemudikan sehat rohani dan jasmani. Selama gue bermain ada anak-anak sampai bapak-bapak pun ikut bermain.

Apakah untuk cowo aja? Ga lahh…

Bahkan wanita cantik, sexy dan hanya menggunakan tank top dan celana mini ada juga lho!! Ga percaya? coba mampir ke tempat bermain Gokart terdekat deh.. Baca lebih lanjut

Ice Cream Travelling

Pernah punya pengalaman ingin membeli sesuatu benda, barang atau makanan namun ternyata duit lo nge-pas atau tidak cukup sama sekali?

Gue pernah ngalamin hal tersebut. Beli eskrim tapi duitnya ngepas bahkan hampir kurang. Yup.. eskrim! Mungkin lo berfikir masa iya beli eskrim duitnya ga cukup? ceritanya berawal dari..

Kamis lalu gue baru saja menyelesaikan kerjaan untuk sebuah Bank Perkreditan Rakyat terbesar di Bandung. Kerjaan yang cukup menyita waktu dan tenaga bagi seorang junior programer seperti gue. Namun apapun tantangannya gue selalu menikmati dan menyelesaikan kerjaan tersebut. Sampai akhirnya disore hari gue dapat pulang menuju ibu kota tercinta.

Hari itu hari yang berbeda dengan sebelumnya. Biasanya kalo gue pulang tugas dari Bandung ke Jakarta selalu menggunakan bus, namun hari itu gue memesan jasa transportasi travel untuk perjalanan pulang. Dari segi harga jauh lebih mahal, namun tingkat kenyamanannya yang ingin gue rasakan berbeda antara naik bus dan travel. Sebandinglah dengan hasil kerja keras gue selama beberapa hari dengan biaya perjalanan pulang.

Hal pertama yang harus gue lakukan agar bisa menggunakan jasa travel adalah memesannya 2 jam sebelum keberangkatan. Itu udah pasti gue pesen.

Kedua, gue harus berada disana tepat 15 menit sebelum keberangkatan. Nahh… ini yang paling sulit! Kota Bandung tidak jauh berbeda dengan jakarta. Dibeberapa tempat macet nya luarrr biasaa.. dan itulah kendala gue. Didalam pemesanan travel gue pesen yg jam 7.15 malem dan kondisi gue saat itu baru keluar kantor jam 6.10 sore.

Mengingat waktu sangat pendek dan gue harus sampai tujuan tepat jam 7 kurang, gue menanyakan ke teman kantor setempat mengenai ojek. Pertanyaan sederhana namun jawabannya mengejutkan!

“Pak, kalo deket kantor sini ada ojek ga ya?” temen kantor gue jawab “Setau saya ga ada pak. Ojek di Bandung hanya ada di komplek perumahan aja”. Nahh lhoo!!!

Temen kantor gue juga tau, kalo gue mesen travel dan harus sampai tujuan kurang dari jam 7. Maka dengan sigap dia memesan sebuah taksi.

Biasanya taksi yang dipesan dapat datang kurang dari 5-10 menit, namun yang sekarang ini baru tiba 25 menit kemudian. Wowww.. makin membuat jantung gue berdetak kencang. Jam telah menunjukkan 6.35 sore saat taksi datang. Dan dengan segera gue menuju tempat tujuan. Dan ternyata bener macet!!

Jarak dari kantor ke tempat travel lebih-kurang 2 km (sepertinya) dan jika lancar dapat ditempuh 5-10 menit. Namun karena macet lama perjalanan menjadi 25 menit. Yaaa… gue sampai tujuan tepat jam 7 malam. Alhamdulillahhh.. ga telat 🙂

Sesampai disana gue disambut oleh pak satpam, lho kok??

Iya gue nanya beli tiketnya dimana dan yang mampu jawab hanya pak satpam. Tiketpun gue beli dan tinggal menunggu jam keberangkatan tepat 7.15.

Sempat gue bertanya pada mbak-mbak kasirnya, eh.. ga cocok kalo dipanggil mbak soalnya ini dibandung gue ganti aja jadi teteh.

“Teh yang berangkat ke Cikini ada berapa banyak”

dengan lembut si teteh jawab “Hari ini ada 5 orang termasuk aa, tapi yang datang baru aa”.

Penasaran gue nanya lagi “Misalnya hanya saya aja tetep berangkat ga teh?”

si teteh yg geulis pun ngejawab “Seharusnya ga a”

Gue terkejut “Whatt???” Baca lebih lanjut